Klasemen Akhir Indonesia Big Year 2024

STATISTIK

Per 1 Juli – 31 Desember 2024

Peserta

245

Checklist

7461

Baris Data

86.330

Spesies

1248

Grid

2249

Klasemen Akhir Tiap Region

Sumatra

Kalimantan

Nama User

Skor

Nama User

Skor

Hasri Abdillah

Rizky Talangit Rizky

Fathurrahman Sidiq

Bagus Prakoso

Hakim Midun

Hery Sudarno

Desi Ayu Triana

Saktyari Leonardus A

Aris Hidayat

Muhammad Annas Alfiansyah

Boas Emmanuel

Puja Purnama

Yuli Seperi

Arief Nofrika

Hammam As

Farras Naufal

Icha yellow

Irsyad Muhammad Tamar

Dinul Hamdi

Refdanil Nurcan

Yayan Sugiyanto

Dian Iswandaru

Imam Arifin

Irfan Nurarifin

Ega Oktavianus Putra

Ahmad Luthfi Nasution

Yopi Haryandi

Febriansyah Abdillah

Satya Darwono

Ferry Hasudungan

Arbi Wiguna

Nurdin Setio

purnama esatria

Muammar –

52.78

44.86

40.72

38.75

29.97

18.83

18.39

17.64

15.75

15.42

11.19

10.94

10.22

10.00

9.97

7.92

7.61

7.42

7.03

6.03

6.03

5.39

4.53

3.86

3.53

3.50

3.36

2.17

1.86

1.72

1.69

1.36

1.06

0.31

Akbar Abdillah

Teguh Willy Nugroho

Robithotul Huda

Jazuli Abdillah

Happy Ferdiansyah

Djumadi S

Hasri Abdillah

Mikael Repormanto

Anno Malay

Hery Sudarno

Zahrotun Nisaa

Hakim Midun

Bambang Setyawan

Josua Nababan

Candra Jafar

Haryadi TNK

Listiya Aulia

Muhammad Annas Alfiansyah

Tri Giyat Desantoro

Irsyad Muhammad Tamar

Boba Sembodo

Farabby Asslam Pareke

M.I. Akbar

Zulqarnain ZuQi

Aldo Newbiest

Rodiansyah Rodiansyah

Iqbal Ardiansyah

Rahmah Rahmah

Beni kusmanto

Setio Mulyo Saputro

67.97

56.17

28.42

23.64

21.83

21.11

19.86

16.58

15.75

15.14

14.78

14.14

13.69

12.94

10.33

7.67

6.64

6.33

6.25

3.17

2.81

2.69

2.17

1.97

1.61

1.61

1.17

0.64

0.31

0.31

Jawa

Sulawesi

Nama User

Skor

Nama User

Skor

Fathurrahman Sidiq

Saktyari Leonardus A

Yasin Ahmad

I Komang Andika putra

Octavianti Shanna

Mohammad Ilham Muhyidhin

Ari Noviyono

Desi Ayu Triana

Jazuli Abdillah

Hammam As

Redenta Utari

Selawati Nw

Kurniawan Tri Aji

Ariyanta ,

Jarot Wahyudi

Muhammad Nafis Ufsi

Arif Indrianto

Aghnan Pramudihasan

Boas Emmanuel

Ridza Dewananta

Hery Sudarno

Ady Septianto Hermawan

Noval Arjadiraksa

Muhammad Annas Alfiansyah

Nur Oleq

Muhammad Bilal Yogaswara

Ekaputri Prasetyani

Hakim Midun

Zulqarnain ZuQi

Mochamad Saifudin

M Fatiha Rahmanda Kars

Adlan Azzamy

Kevin Winanda

Alfian Adhi Chandra

Anthon anthonandrimida

Muhamad Azriel

Muhammad Asyahid

Rasyid Affandi

Gusman Wijayanto

Rio Widodo

Ganjar Cahyadi

Shana Tara

Yumna Prakoso

Lukman Nurdini

Irsyad Muhammad Tamar

Ditho Muhammad Thomas

Ariesta Prasetyo

Naufal Seta Kurnianta

Asman Adi Purwanto

Bayu Hadi

Ridho Aka Qomarizzaman

Raafi Nur Ali

Rizky N

Suroso Oz

Avan larienco

Andini Maya

Teguh Willy Nugroho

Millenia Luna Amengka

Ahmad Aliwafa

Haqqul Fata

Ali Sofani

Nugroho Ridho

Farras Naufal

Ahmad Sabiqin Al Hikam

Raditia Nugraha

Mas_kiir Ijuuu

Risqi Ridholah

Alvin Hermanto

Fania Dewi Nasihah

Akhmad David

Yulia E.S

Elvia Dhy

Arin Nasikah

Aponk Rusdy

Galang Aulia Prasetya

Robithotul Huda

Ferry Hasudungan

Ady Kristanto

Febrian Edi Nugroho

Fransisca Noni Tirtaningtyas

Refer Iqbal Tawakkal

Raka Pramunandya

Hanif NH Al Faruqi

Happy Ferdiansyah

Windi Liani Bukit

M.I. Akbar

Aditya Gamand

Yusuf Prasetyo

Hudzaifah Fakhroni

Sitta Azizah

Sungkono Sungkono

Adam Ardian

Oki Faizal Sidik

Muhammad Kurnia Ramadhan

BALGHIS MULUK

Mutiara Syani

Saolisa Rida Fitri

Diki Muhammad Chaidir

Diah Handayani

Yan Sukmawan

Sidiq Pambudi

Tifan Nurrizal

Yopi Haryandi

Aris Hidayat

Mirzan Asrori

Dian Taufik

Muhammad Al Fatih

Everest Christna Legawa

Helmi Romdhoni

Nur Sita Hamzati

Sholeh Wahyu

Fajar Alfitrian

61.36

57.44

52.31

48.44

41.94

33.44

32.44

28.50

25.64

25.42

25.08

24.75

22.72

22.33

22.14

21.67

19.44

19.22

18.36

15.56

13.06

12.61

12.56

12.22

11.28

11.11

11.06

10.64

10.56

10.39

10.28

10.14

9.75

8.36

8.36

8.31

8.00

7.39

7.28

7.00

6.94

6.92

6.89

6.83

6.75

6.06

6.03

5.56

5.25

4.94

4.81

4.78

4.75

4.69

4.53

4.39

4.33

3.94

3.92

3.83

3.69

3.58

3.50

3.39

3.39

3.19

3.17

3.08

2.97

2.92

2.78

2.58

2.50

2.42

2.39

2.31

2.28

2.25

2.08

2.08

2.08

1.97

1.94

1.94

1.75

1.61

1.53

1.47

1.42

1.28

1.28

1.19

1.19

1.08

0.97

0.97

0.97

0.94

0.86

0.86

0.75

0.75

0.75

0.64

0.64

0.53

0.53

0.42

0.42

0.42

0.42

0.31

Berlin Hormati

Rizky jufri

Saktyari Leonardus A

Beni kusmanto

Irawan Halir

Agung Dewantara

Ismiyati Uno

Putra Sanjaya Saleh

La Hisa

Bahtera Ardi

Dewi Nagi

M Teguh Arya pandite

Yasin Ahmad

Ganjar Cahyo Aprianto

Maluku

Nama User

Tania Ayu Sudrajat

Nadhifa Trihapsoro

Zulqarnain ZuQi

Irawan Halir

Ferry Hasudungan

Al Khaidir Ali

firman yahya firman

Dewi ayu Anindita

Nusa Tenggara

Nama User

Wahyudi Amin

Madani .

Heri Andri

Mirzan Asrori

M Teguh Arya pandite

Muhammad Soleh

Hery Sudarno

Octavianti Shanna

Firman Nuralam Suryadi

Abdul Azis Gizan

Arifson Reyvay

Sanggar Nasu

Habib Habibi

Jazuli Abdillah

ADITYO U.DJ.L. TANGGU

Papua

Nama User

La Hisa

Yasin Ahmad

Irawan Halir

Hery Sudarno

Musmulyadi Musmulyadi

Aponk Rusdy

M Teguh Arya pandite

Wahhab Al’azis

Nur Khoirinnisaa

Rasyid Affandi

40.42

25.19

23.28

21.00

20.50

9.94

6.78

4.72

4.58

3.58

3.42

3.31

1.31

1.08

Skor

20.25

16.58

11.83

7.53

3.81

3.50

1.08

0.97

Skor

63.22

56.86

43.44

26.94

25.86

18.28

17.22

12.28

6.08

5.47

4.28

1.64

0.86

0.64

0.31

Skor

72.19

39.17

32.47

28.61

24.53

15.92

12.00

12.00

7.58

3.50

Kompetisi Seru-Seruan Ngonten

Adalah lomba seru-seruan bikin status di media sosial tentang kegiatan peserta IBY2024 dan Amati Sangkar (AKAR) selama event berlangsung. Melalui kompetisi ini, diharapkan menjadi media edukasi tentang sains dan konservasi burung di alam di Indonesia.
 

Syarat dan ketentuan peserta lomba

  1. Peserta yang mengikuti lomba konten merupakan peserta yang terdaftar dalam Indonesia Big Year 2024 atau Amati Sangkar (AKAR)
  2. Wajib mengikuti akun Instagram @burungnesia.id, @birdpacker, @amatisangkar, @biodiversitysociety, dan @pembelasatwaliar.
  3. Bagi peserta yang melombakan akun di TikTok, wajib mengikuti akun @birdpacker
  4. Peserta boleh melakukan segala macam cara untuk meningkatkan engagement konten untuk mendapatkan like, komen, share atau save sebanyak-banyaknya:
  5. Akun peserta tidak private

Syarat dan ketentuan konten

  1. Peserta membuat konten berkaitan dengan Indonesia Big Year 2024 dan AKAR di upload ke akun pribadi di satu atau lebih media sosial berikut; Facebook/Instagram/TikTok. Semakin banyak sosial media yang digunakan, semakin tinggi peluang untuk menang.
  2. Konten bisa berupa foto atau video pendek berkaitan dengan pengamatan burung atau pengamatan satwa di sangkar yang dilakukan selama Indonesia Big Year 2024. Tema konten dapat berupa :
    •     Edukasi
    •     Vlog/ aktivitas pengamatan
    •     Skit/ Video singkat yang seru ataupun humoris
  3. Dalam konten yang dilombakan atau postingan di sosial media, wajib terdapat mention;
    •  Konten Instagram: @burungnesia.id @birdpacker @amatisangkar @biodiversitysociety @pembelasatwaliar ;
    •  Konten Facebook; Birdpacker Wibowo;
    •  Konten TikTok; @birdpacker
  4. Gunakan hastag #IndonesiaBigYear2024 dan #AKAR2024
  5. Khusus IG, diperkenan “invite collaborator” dengan @burungnesia.id, @birdpacker, @biodiversitysociety atau @pembelasatwaliar, jika admin approve permintaan kolaborasi bisa jadi konten anda masuk kualifikasi pemenang
  6. Peserta boleh melakukan segala macam cara untuk meningkatkan engagement kontennya untuk mendapatkan like, komen, share atau save sebanyak-banyaknya:
    •     Mention atau tag semua teman kos, RT, RW, tempat kerja, dll
    •     Tag influencer
    •     Share ke grup apapun bahkan yang tidak berhubungan dengan konservasi, sains, atau satwa
  7. Konten yang diupload dari periode 1 Agustus – 7 Januari 2025 akan dilombakan dan diumumkan pemenang setiap bulannya
  8. Konten hanya berlaku di lomba pada bulan itu saja. Peserta dapat melombakan lebih dari 1 konten setiap bulannya.

Penilaian

Pemenang ditentukan oleh:
  1. Perolehan like,komen, share atau save terbanyak.
  2. Akun/ konten dengan jumlah “likes” disembunyikan tidak masuk dalam penilaian.
  3. Penilaian nilai tertinggi oleh dewan juri.

Hadiah dan pengumuman pemenang

  1. Pemenang lomba konten akan diumumkan tiap bulan.
  2. Pemenang yang berhak atas hadiah diambil 5 orang tiap bulan.
  3. Hadiah berupa barang yang merupakan hasil donasi dari lembaga partner.
  4. Macam barang dan nilai harga hadiah bisa berubah-ubah tiap bulan tergantung donasi dari lembaga partner.
  5. Pemenang tidak menanggung biaya ongkir hadiah.
BANNER SPONSOR-01
All vectors are downloaded from www.freepik.com

Kompetisi Amati Sangkar

banner-01

Tentang AKAR

 

AKAR (Amati Sangkar) adalah platform baru gerakan citizen science dalam memetakan dan mensensus populasi satwa liar (mamalia, burung, reptil, amphibi) di dalam sangkar. AKAR lahir dari semangat bersama para pengamat burung dalam memerangi eksploitasi satwa liar di Indonesia. Disepakati di Pertemuan Pengamat Burung Indonesia (PPBI) X Bali, 2022. 

Tujuan diluncurkannya AKAR adalah untuk memperkuat data-informasi dan pengetahuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. AKAR bukan media pengaduan, bukan alat mata-mata, tapi semata-mata untuk tujuan sains.

 

Dengan adanya pengetahuan yang lebih baik tentang populasi satwa liar di kandang, dan rantai perdagangan yang mengikutinya, diharapkan pemahaman kita tentang konservasi satwa liar akan lebih baik.

 

Tentang Kompetisi AKAR

Untuk tahun 2024, menandai peluncuran aplikasi AKAR diadakan kompetisi pengamatan dan pendataan satwa liar di sangkar. Kompetisi ini merupakan bagian dari rangkaian kompetisi Indonesia Big Year 2024.

 

KETENTUAN UMUM
  1. Peserta adalah mereka yang sudah mendaftar dan diterima sebagai kontributor AKAR melalui aplikasi. Download aplikasi di sini.
  2. Pendataan dilakukan di mana saja di seluruh wilayah kedaulatan NKRI. Jawa-Bali sebagai pusat perdagangan dan pemeliharaan menjadi region dengan prioritas penilaian.
  3. Pendataan fokus pada coverage tertentu (cluster). Seperti skala kampung, RT/RW, desa, kecamatan, atau kabupaten kalau mampu.
  4. Semakin besar cluster (single cluster) yang dikumpulkan akan semakin tinggi nilainya (faktor pengkali).
  5. Satu peserta bisa mengumpulkan lebih dari 1 cluster.
  6. Pendataan/ laporan tidak membentuk cluster juga diperbolehkan.
  7. Kategori PERBURUAN TIDAK MENGGUNAKAN SISTEM CLUSTER
  8. Pasar burung/hewan diperhitungkan dengan cara berbeda untuk memenuhi syarat sebagai cluster, dan hanya diketahui oleh juri/verifikator lomba.
  9. Kategori perlombaan tidak memiliki faktor pengkali
  10. Penjelasan tentang faktor pengkali dijelaskan lebih detail di bagian Sistem Penilaian.
 
HADIAH
TOTAL HADIAH SENILAI LEBIH DARI Rp. 35 JUTA!
  1. Hadiah Utama: Paket pengamatan burung di Papua (full all in) senilai Rp. 20 juta (diumumkan pada perhelatan PPBI Bogor 2025)
  2. Hadiah Juara 1: Kamera prosumer 
  3. Hadiah Juara 2: Phonescoping set
  4. Hadiah Juara 3: Binokuler
  5. Dan hadiah menarik lainnya
SISTEM PENILAIAN
  1. Tiap laporan bernilai 1 (satu), kecuali Perburuan bernilai 2 (dua). Laporan yang membentuk cluster akan dikalikan faktor pengkali.
  2. Syarat data disebut sebagai cluster
    1. Jarak antar titik laporan:
      • Pemeliharaan & penangkaran: 2 km
      • Perdagangan: maksimal 10 km
    2. Jumlah minimal titik per cluster
      • Perdagangan: 7
      • Pemeliharaan & penangkaran: 30
    3. Untuk mengetahui apakah laporan peserta (singe) membentuk cluster akan digunakan script tool (ArcGIS) bernama Find Point Cluster
  3. Nilai cluster (nilai pengkali)
    1. Pemeliharaan & penangkaran
      • 30 titik = x 1,5
      • 50 titik = x 3
      • >75 titik = x 4
    2. Perdagangan
      • 7 titik = x1,5
      • 11 titik = x3
      • >15 titik = x4
  4. Nilai per spesies:
    • Spesies tidak dilindungi dan non-IUCN = 1 point
    • Spesies dilindungi non-IUCN = 1,5 point
    • Spesies tidak dilindungi dan masuk redlist IUCN (EN, CR) = 1,5 point
    • Spesies dilindungi dan masuk redlist IUCN (EN, CR) = 2 point
  5. Khusus perburuan:
    • Semua laporan perburuan bernilai 2. Tidak harus membentuk cluster
    • Perburuan yang disertakan bukti A1, berupa foto: barang bukti, alat buru, atau aktifitas berburu; akan dikalikan 1,5.
  6. Khusus perlombaan:
    •  Semua laporan perlombaan benilai 2 (dua). 
    • Tidak ada sistem cluster
    • Tidak ada nilai pengkali
  7. Point tambahan
    1. Setiap laporan yang memiliki informasi penting akan diberikan nilai tambahann oleh dewan juri. Contoh informasi-informasi penting:
      1. Laporan perburuan (dengan barang bukti hewan buruan) terbanyak dengan menyertakan foto
      2. Laporan cara baru dalam berjualan (jualan offline) dan mencantumkan foto
      3. Laporan pengepul satwa dalam skala besar (gudang, ruko,dll) disertai foto. Di luar pasar hewan mainstream atau yang sudah masuk di paper
  8. Formula perhitungan nilai total
nilai total = total nilai laporan x spesies

Contoh kasus:
Swiss membuat 60 laporan dengan rincian:
50 laporan pemeliharaan (cluster) + 3 laporan perdagangan (bukan cluster) + 3 laporan perburuan dengan foto A1 + 4 laporan perburuan tanpa foto A1. Dari semua laporan Swiss mengumpulkan total spesies 11 (semuanya tidak dilindungi dan tidak masuk RedList IUCN, bernilai 1).

perhitungan nilai:
nilai laporan = (50 x 1 (nilai dasar laporan) x 1,5 (pengkali cluster)) + (3 x 1) + (3 x 2  x 1,5) + (4 x 2) = 95
jumlah spesies = 11
Nilai total = 95x 11 = 1.045
BANNER SPONSOR-01
All vectors are downloaded from www.freepik.com

Indonesia Big Year 2024

banner_IBY24
INDONESIA BIG YEAR 2024 merupakan gerakan kolosal komunitas sains warga untuk mendata sebanyak mungkin  keanekaragaman dan persebaran burung di alam ataupun didalam sangkar se-Indonesia selama 6 bulan yaitu 1 Juli- 31 Desember 2024.

 
TUJUAN
  1. Mendorong kolaborasi dalam pemantauan spesies dan distribusi burung dalam komunitas sains di Indonesia
  2. Memobilisasi survei sukarela yang terkoordinasi berbasis spesies dan distribusi burung  di Indonesia
  3. Menyediakan data yang memadai untuk Atlas Burung Indonesia ke-2 tahun 2025
  4. Mempromosikan konservasi burung dan sains warga  kepada masyarakat Indonesia melalui kegiatan pengamatan burung
PESERTA LOMBA
  1. Pendaftaran terbuka selama periode kompetisi berlangsung.
  2. Perlombaan bersifat perorangan.
  3. Peserta memiliki akun Burungnesia. Satu akun Burungnesia hanya dapat digunakan oleh satu orang. Unduh Burungnesia di Playstore
  4. Peserta mengisi formulir pendaftaran Indonesia Big Year 2024.
  5. Formulir dapat diunduh pada tautan https://bit.ly/PendaftaranPeserta_IBY2024
  6. Peserta mematuhi seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku (termasuk peraturan mengenai izin masuk kawasan) serta menjunjung tinggi Kode Etik Pengamat Burung Indonesia selama mengikuti kompetisi.
  7. Panitia berhak mendiskualifikasi peserta yang melanggar ketentuan kompetisi.
 
PENGUMPULAN DATA
  1. Peserta dapat melakukan pengamatan burung di berbagai lokasi di seluruh Indonesia. Lokasi tidak dibatasi oleh status kawasan.
  2. Ceklis yang dinilai merupakan hasil pengamatan antara 01 Juli 2024 pukul 00.05 – 31 Desember 2024 pukul 23.59 waktu setempat.
  3. Ceklis hasil pengamatan di luar waktu tersebut (misal catatan pribadi yang belum di-submit, hasil penelitian, dll) tidak diikutsertakan dalam kompetisi.
  4. Ceklis yang dinilai merupakan ceklis lengkap*. Satu ceklis digunakan untuk satu sesi pengamatan terencana**.
  5. Data yang dikumpulkan meliputi:
    • Nama lokasi detil dengan menyertakan Tagar/Nama: BigYear2024-Lokasi pengamatan, nama kelurahan, nama kecamatan
    • Daftar lengkap* jenis burung yang dijumpai
  6. Peserta yang melakukan pengamatan bersama dengan peserta lain dapat mengirim ceklis menggunakan akun masing-masing. Pastikan koordinat lokasi sama untuk mempermudah pengolahan data.
  7. Tim dapur Burungnesia akan memverifikasi data yang dikumpulkan oleh peserta. Jika diperlukan, tim verifikator data sewaktu-waktu akan menghubungi peserta untuk konfirmasi data yang dirasa kurang jelas.
PENILAIAN
  1. Kompetisi dibagi menjadi tujuh bioregion sesuai dengan Sukmantoro et al (2007), yaitu: Sumatera, Kalimantan, Jawa-Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Masing-masing bioregion akan dipilih tiga pemenang.
  2. Dengan mensubmit ceklis di satu bioregion, peserta secara otomatis mengikuti kompetisi di bioregion tersebut.
  3. Peserta dapat mengikuti kompetisi di lebih dari satu bioregion.
  4. Pemenang ditentukan berdasarkan total poin yang diakumulasikan dari kriteria penilaian sebagai berikut:
    • Jumlah spesies dari akumulasi perolehan jenis pada saat waktu perlombaan. Spesies kunci yang terlaporkan memiliki bobot nilai lebih dari spesies yang lain. Spesies yang tidak teridentifikasi penuh (misal, elang sp, cekakak sp) tidak masuk dalam hitungan.
    • Jumlah hari pengamatan pada masa waktu perlombaan
    • Jumlah Grid yang dikunjungi selama masa perlombaan.
  5. Selain kategori utama, akan ada beberapa kategori spesial yang akan disampaikan ketika lomba berlangsung (misal, spesies khusus, dll).
LAIN-LAIN
  1. Panitia berhak untuk mengubah atau menambahkan peraturan lomba jika diperlukan dan akan memberitahukan peserta melalui platform resmi.
  2. Segala keputusan bersifat final dan tidak dapat diganggu-gugat.
  3. Seluruh data yang dikumpulkan akan digunakan untuk kepentingan konservasi dan penelitian burung di Indonesia, termasuk Atlas Burung Indonesia.
  4. Dengan mengikuti kompetisi, peserta telah menyetujui seluruh peraturan tersebut termasuk penggunaan data yang disubmit.

Sekali lagi, data yang disubmit akan digunakan untuk kepentingan ilmiah. Panitia akan memantau setiap data yang masuk dan mengonfirmasi jika terdapat data yang mencurigakan, diharapkan seluruh peserta tetap menjunjung tinggi kejujuran ilmiah dan sportifitas selama perlombaan berlangsung.

*Ceklis lengkap: Ceklis dianggap lengkap jika peserta mensubmit seluruh spesies yang berhasil teramati dan teridentifikasi. Jadi, tidak ada spesies yang telah terobservasi namun tidak diikutsertakan ke ceklis karena berbagai sebab, misal karena dianggap rahasia dan tidak berkenan untuk menyebar datanya. Kolom ini penting dalam citizen science untuk menjadi legitimasi bahwa ceklis yang digunakan dalam analisis tidak berisi data absen palsu (pseudo-absence). Ceklis tetap dianggap lengkap jika terdapat burung yang tidak teridentifikasi penuh selama teman-teman tetap mensubmitnya sebagai genus (misal, elang sp) atau unidentified.

**Pengamatan Terencana: Pengamatan dianggap terencana jika teman-teman melakukan upaya untuk mencari burung di sekitar selama minimal lima menit dan tidak diselingi (disambi) dengan kegiatan lain (misal, melihat burung di jendela kantor sambil bekerja, pengamatan sambil berkebun, pengamatan sambil berkendara menuju lokasi lain yang bukan untuk tujuan pengamatan dan lain-lain). Ceklis  terencana bukan berarti harus direncanakan jauh-jauh hari; peserta tetap dapat mengisi kolom “terencana” jika di tengah-tengah kegiatan teman-teman melihat burung dan memutuskan untuk menghentikan kegiatan tersebut dan benar-benar berusaha mencari burung selama minimal lima menit ke depan. Sama seperti ceklis lengkap, kolom ini juga sangat penting dalam citizen science sebagai legitimasi bahwa ceklis yang digunakan dalam analisis tidak berisi data absen palsu (pseudo-absence).

***Pengamatan insidental: Pengamatan yang dilakukan sambil melakukan aktivitas lain, sehingga terdapat kemungkinan jenis/jumlah burung yang terlewatkan. Ceklis yang bersifat insidental akan otomatis dianggap ceklis tidak lengkap.

BANNER SPONSOR-01
All vector stocks are free downloaded from freepik

Dari kebun tebu, hingga lereng Semeru, dua hari pengamatan yang seru !

Anda mungkin familiar dengan burung kutilang, perkutut atau murai, tapi pernahkan anda mendengar burung tepus gelagah (Timalia pileata) Seperti namanya burung ini sering dijumpai pada rerumputan tinggi. Tentu akan sulit menemukannya di pekarangan rumah anda, kecuali rumah anda berada di tengah sawah. Dewasa ini tepus gelagah cukup sukar ditemui, berdasarkan laporan perjumpaan di Burungnesia, hanya ada sekitar 31 cheklist, miris! Anda mungkin sudah menduga alasannya. Burung ini akan lebih mudah dijumpai di pasar burung, ketimbang di pekarangan anda (kalau betul rumah anda di tengah sawah), kita patut mencurigai lengketnya pulut dan jaring para tukang pikat, karena dari sanalah kisah kepunahan lokal banyak burung dimulai. Atau jangan-jangan anda salah satu dari mereka. Jika iya saya tak yakin anda akan membaca kelanjutan tulisan ini.

Sekitar sepekan lalu, tim Birdpacker mendapatkan informasi keberadaan tepus gelagah dari seorang fotografer Wildlife, yang akrab disapa dengan Djihadi Nopoto. “Lokasinya tak jauh dari rumah, saya biasa ke sana jalan kaki, Pak Nasis” begitu tutur beliau kepada Pak Bos, sekaligus sambutan setibanya kami di rumah beliau. Tempat tersebut memakan waktu sekitar satu setengah jam perjalanan darat dari markas Birdpacker.

Bersama Abah Djihadi, kami tancap gas menuju persembunyian si tepus, kami tak ingin narasi ini panjang-panjang, jadi sebut saja kebun tebu, untuk mewakili hunian burung itu. Feeling kami cukup bagus kala itu, cuaca mendukung dan kicauan merdu burung-burung mengiringi langkah kami. Berselang setengah jam, belum ada tanda-tanda kehadiran burung yang jadi target. Untungnya komandan Swiss melakukan ritual pemanggilan andalannya, serangkaian mantra yang digelontorkan ternyata membuahkan hasil !.

“Cukrik… krikk, tulikuk… tulikluk” seolah tanpa aba-aba, pandangan kami tertuju ke sumber suara. “Nah disana Pak” salah seorang dari kami menyahut. Kami sepakat untuk mengendap-endap dan menggerebek si target. Pucuk dicinta tepus pun tiba, kabar baiknya sepasang burung tepus tengah berseliweran di antara kami. Rentetan jepretan shutter yang tanpa ampun dari abah, seolah menggambarkan kebahagiaan kami yang tak terbendung.  Tepus gelagah bukan burung murahan alias jaim, sehingga barang tentu bukan foto burung yang kami dapat melainkan tunggak kayu bekas pijakan kakinya. Sungguh burung yang lincah!

Waktu menunjukkan pukul 12.20 WIB. Setelah jepretan foto dirasa cukup, Revan content creator kami, memberi kode dengan perutnya yang nyaring, “lapar, Pak?” tanya si bos. Wajar saja, mungkin itu imbas karena perut belum terisi suatu apapun hingga lewat jam makan siang, karena kami harus berangkat pagi-pagi buta. Abah seolah tau dengan gelagat kami yang lapar, “ada warung pecel wenak tepi jalan, hayuk kesana, mas!” usul beliau. kami mengiyakan usul abah tanpa banyak tanya. Warung pecel kami datang!

Jika kalian mengira perjalanan kami berakhir di warung pecel, anda keliru. Bapak-bapak (eh bukan, om-om deh), dengan dua motor gedenya menemui kami di warung sebelah jalan raya itu, sesaat sebelum nasi di piring kami habis. Om Ryan mengundang kami untuk pengamatan ke lereng Gunung Semeru. Om Ryan dan rekannya, om Dedi baru saja dipindah tugaskan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru,  Sehingga sudah semestinya melakukan eksplorasi daerah tersebut untuk mengetahui batas-batas wilayah kerjanya. kisah pun berlanjut…

Dari Turen Kami menempuh setidaknya dua setengah jam untuk sampai lokasi, berbeda dari statement Google map yang bilang kalau cuma 1,2 jam. Durasi itu mungkin tak memperhitungkan curamnya jalan yang kami lewati, belum lagi jalan makadam, hingga ungkapan ‘jalan’ kurang sesuai untuk menggambarkan kondisinya. Apalagi untuk mobil pribadi milik abah, kebetulan beliau berbaik hati dan mempersilahkan kami untuk nebeng di mobilnya.  Kami bercerita banyak selama di Mobil, Abah yang mendominasi obrolan dengan melempar belasan, atau mungkin puluhan pertanyaan pada kami terkait dunia  perkunaman (istilah perburungan di Malang). Oki, verifikator Burungnesia yang baru, tertidur dengan pulasnya selama perjalanan, seakan tak menggubris goncangan demi gonjangan akibat jalur yang rusak. “Remek, emang nih anak!” umpat si bos geram.

Setibanya di lokasi pukul 14.21 WIB, kami disambut dengan kabut tebal nan dingin menambah kesan tingginya tempat kami berdiri. Tak berselang lama, hujan pun tiba. Kami berteduh di sebuah kantin, anda mungkin heran kenapa ada kantin di lereng Semeru di ketinggian 1.400 mdpl? Mepet hutan lagi? Candi Jawar adalah nama lokasi tersebut. Bangunan peribadatan dari beberapa agama ada disana. Gazebo, kabin dan kantin dimana kami ngopi untuk menunggu hujan reda. Dua atau tiga seruputan kopi berlalu, tak terasa setiap gelas dari kami sudah mendekati habis, hujan memberi kami kesempatan untuk birding. Burung berkicau dari balik pepohonan, seolah mengiringi hujan yang mereda. Beberapa jenis burung teramati dari balik binokuler, sikatan ninon, opior jawa, hingga sikep madu asia, berhasil kami tambahkan dalam catatan. Setelah mondar-mandir mengitari area candi. Suasana mulai sepi, malam pun datang. pengamatan hari itu diakhiri dengan beristirahat di kabin yang disediakan oleh pengelola. Sungguh beruntung, apalagi jika kalian kurang persiapan.

Pagi sekali pengamatan pun dimulai, pengamatan berlangsung khidmat, apalagi sokongan makanan dari kantin yang menambah semangat. Burung yang berhasil kita amati cukup banyak. Hutan yang masih asri, meskipun sebagian lokasinya sudah menjadi ladang garapan adalah habitat yang ideal untuk semua kalangan burung (kecuali burung pantai, tentu saja). Kelimpahan burung disini terbukti dari deretan foto dan catatan yang dihasilkan. Beberapa burung yang tercatat diantaranya adalah :

Burung-madu gunung (Aethopyga eximia)
Cabai Gunung (Dicaeum sanguinolentum)
  • Bentet kelabu
  • Bondol Jawa
  • Brinji gunung
  • Bubut besar
  • Burung madu gunung
  • Burung madu ornate
  • Cabai gunung
  • Cabai jawa
  • Caladi ulam
  • Cekakak jawa
  • Cekakak sungai
  • Ceret jawa
  • Cici padi
  • Cinenen jawa
  • Cinenen pisang
  • Cingcoang coklat
  • Cipoh kacat
  • Ciung batu siul
  • Elang hitam
  • Kepudang sungu gunung
  • Kutilang
  • Madu kelapa
  • Opior jawa
  • Pentis pelangi
  • Perenjak padi,
  • Perenjak rawa
  • Perkutut
  • Sepah kecil
  • Sikatan ninon
  • Sikep madu asia
  • Takur tohtor
  • Tekukur biasa
  • Uncal buau
  • Walet linchi
  • Wiwik sp.

Tak terasa sudah setengah hari berlalu, Pak Hermawan, sopir pribadi abah mengusulkan untuk turun, sebelum hujan mendahului. Kami tak bisa membayangkan jalan yang sulit tadi, ditempuh dalam kondisi hujan. kami sepakat untuk mengakhiri sesi pengamatan dengan totalan pada si empunya kantin Candi Jawar. Sekaligus berterima kasih atas fasilitas yang disuguhkan. Lokasinya sangat recommended, apalagi untuk pengamatan bareng keluarga, juga tetap ingat sang maha kuasa. Kami cukupkan kisah kali ini, jangan lupa nantikan edisi harian Birdpacker selanjutnya,

Adios Amigos !

scribe by : Oki Rahmatirta and Swiss Winasis | @Birdpacker

photo by : Swiss Winasis | @Birdpacker

Observing Black-winged Kite Nest in Baluran National Park

Luckily, our short visit to Baluran National Park at the end of last May managed to find Black-winged Kite’s nest. In Indonesia, records of nesting of this bird are very rare. Without waiting for a long time, we set up blind hiding. With this blind hiding, we hope to be able to observe the kite’s nesting behavior without disturbing it.

Like other small eagles, Black-winged Kite nests are placed on trees that are not too high. About 7 meters from the ground. Placed on the Acacia nilotica tree, where almost the entire trunk of the tree is filled with thorns and densely thorny small branches. It seems that no predator can reach the nest position with the tree conditions like that.

Both parents look have great communication each other in guarding the nest and caring for the chicks. The female males take turns entering the nest to feed, dispose of pellets and/or monitor the condition of the chicks. Both of them are often seen perched away from the nest tree to monitor from a distance while distracting intruders, including us. As the name suggests, the main food that is brought into the nest is mice. We haven’t encountered any prey other than rats during our observations.

Trip Report 4 Days Birding tours in Jogja and Banyuwangi

During 24, 30, 31 December 2022 and 01 January 2023 we have clients from Vietnam who want to birding in Jogja and Banyuwangi.

Yogyakarta or Jogja

Our first birding tour was in Yogyakarta or simply called Jogja.

We went to Gunung Merapi National Park to kick off the tour. Due to the activity of Merapi volcano we visited

Turgo hills, one of the prime birding locations around the national park that is still in the safe zone.

Start at around 6.00 AM in the parking area. The weather was shower rain and cloudy but we encountered some brilliant birds such as: Blood-breasted Flowerpecker, Freckle-breasted Woodpecker, Olive-backed Tailorbird, Scarlet Minivet, Yellow-breasted Hanging Parrot fly over us, including two rare birds are Sangkar White-eye and Javan Leafbird.

Then we moved to the lower section of the hills, where we could see lava lane and Merapi volcano. Even though the weather is cloudy, the views of the volcano are so clear. Our clients enjoyed it!

Here we found Sooty-headed Bulbul, Crested Serpent-eagle, Ashy Drongo, Orange-spotted Bulbul and spectacular views of an endemic Black-banded Barbet.

Our plan was just birding around the lower section. We attempted to hike some but the birding was slow and quiet. After discussion we decided to move to the next location.

We arrived in Jatimulyo village at around 11.00 AM, and soon we transferred to the hide/blind of Oriental-dwarf Kingfisher. The kingfisher came in just a few minutes and in very close distance. After enjoying the kingfisher we had our lunch in Kopi Sulingan.

Our lunch is Javanese traditional food called “Nasi Tumpeng”, the clients are so happy with that. Following the lunch we serve local bird-friendly coffee from the village. Enjoyed our coffee while Orange-bellied Flowerpecker, Little Spiderhunter, Olive-backed/Ornate Sunbird, and the brilliant endemic Javan Sunbird came to the garden.

After that we continued afternoon birding around the village. We went to another bird-hide. Same as the previous hide, we did not wait longer to see Horsfield’s Babbler, Rufous-browed Babbler and the critically endangered endemic Javan Blue-flycatcher.

We were lucky with the afternoon weather, continued our walk around the village and packed several birds into our list including: Oriental Honey-buzzard, Black-naped Monarch, Sunda Pygmy Woodpecker, Ruby-throated Bulbul.

Banyuwangi

We had 3 days in Banyuwangi, East Java on 30, 31 December 2022 and 01 January 2023.

On the first day our client planned to hike Ijen crater to see Blue Fire and the views up the volcano. We started in the morning at 01.40 AM and shortly we arrived at the blue fire spot at 04.50 AM.

Enjoy the views then we start climbing down the volcano while birding. We packed several special birds such as Sunda Grasshopper Warbler, Aberrant Bush Warbler, Orange-spotted Bulbul, Javan Grey-throated White-eye, Mountain White-eye, Olive-backed Tailorbird, Mugimaki Flycatcher, and Crescent-chested Babbler.

We moved to a grassland area and added Striated Grassbird into our list. At lunch time we got an open view of Javan Kingfisher.

After lunch, we transferred our clients to the hotel for rest.

On the second day, we visited Alas Purwo National Park at the southern-east of the island. Start birding at 06.00 AM while enjoying morning coffee. We just saw a Yellow-throated Hanging-parrot fly over us. Soon we moved to Sadengan grassland. Around the parking area we saw Green Peafowl, Slender-billed Crow, Red-billed Malkoha.

There are plenty of Banteng (Bos javanicus) grazing in the grassland and several birds such as Lesser Adjutant, Asian Woollyneck, Javan Myna, Collared Kingfisher and Cattle Egret.

Then we walked to a birding track. Lots of fallen tree branches and twigs, possibly there was a storm the previous day. Birding was slow, added Ruby-throated Bulbul, Mangrove Whistler and Great Slaty Woodpecker to the list.

Move to Pancur beach for lunch in a food stall. We got Green Imperial Pigeon and clear views of Wreathed Hornbill foraging in palm trees near the stall. We took about 45 minutes to enjoy and photograph the hornbill.

We went back to the grassland then it rained. After the rains stop we want to try to get better views and some photographs of the woodpecker in the birding trek. We stopped for a while when Javan Broadbill responded to our playback.

We failed to photograph the woodpecker but at least one of our clients saw it clearly. Continue our drive to the hotel for rest.

Our last day in Banyuwangi was so challenging. Birding in Baluran National Park when so many tourists came to celebrate a new year in grassland like savannah Bekol and Bama beach.

Luckily, our guide had some birding locations where other tourists did not enter the area.

We spent the morning started at 05.30 AM and packed several birds to the list such as: Javan Cuckooshrike, Green Junglefowl, Short-tailed Starling, Scarlet-headed Flowerpecker, Ruddy Cuckoo-dove, Chestnut-headed Bee-eater, Collared Kingfisher, Red-breasted Parakeet, Black-naped Monarch, Long-tailed Shrike before the crowds come.

Then we had an early lunch in a food stall near the Bama beach.

After lunch we did not enter the birding trek due the crowds. Decided to take a nap in the ranger office and wait for the afternoon section.

There is a small swamp outside the national park around paddy fields and fish ponds. We went there for our last afternoon birding.

Our target was Cerulean Kingfisher, but after trying to find one we failed to get one. From here we listed Javan Pond-heron, Yellow-bellied Prinia, Scaly-breasted Munia, and Common Moorhen on the nest.

When we drove back to the hotel in Banyuwangi, we stopped for a while to photograph the Rock Pigeon race in the paddy fields.

Transferred our clients to their hotel in Banyuwangi and the birding tours ended.

During the 4 days birding tours in Jogja and Banyuwangi we collected 84 birds including other wildlife, here is the list in below:

  • Green Peafowl
  • Green Junglefowl
  • Rock Dove
  • Eastern Spotted Dove
  • Ruddy Cuckoo-dove
  • Zebra Dove
  • Green Imperial-pigeon
  • Grey-rumped Treeswift
  • Cave Swiftlet
  • Red-billed Malkoha
  • Common Moorhen
  • Lesser Adjutant
  • Asian Woollyneck
  • Javan Pond-heron
  • Cattle Egret
  • Purple Heron
  • Oriental Honey-buzzard
  • Crested Serpent-eagle
  • Oriental Pied Hornbill
  • Wreathed Hornbill
  • Chestnut-headed Bee-eater
  • Oriental Dwarf-kingfisher
  • Javan Kingfisher
  • Collared Kingfisher
  • Black-banded Barbet
  • Great Slaty Woodpecker
  • Freckle-breasted Woodpecker
  • Sunda Pygmy Woodpecker
  • Yellow-throated Hanging-parrot
  • Red-breasted Parakeet
  • Javan Broadbill
  • Mangrove Whistler
  • Small Minivet
  • Scarlet Minivet
  • Javan Cuckooshrike
  • Pied Triller
  • White-breasted Woodswallow
  • Black-winged Flycatcher-shrike
  • Common Iora
  • Sunda Pied Fantail
  • Black Drongo
  • Ashy Drongo
  • Black-naped Monarch
  • Long-tailed Shrike
  • Slender-billed Crow
  • Cinereous Tit
  • Zitting Cisticola
  • Yellow-bellied Prinia
  • Common Tailorbird
  • Olive-backed Tailorbird
  • Sunda Grasshopper-warbler
  • Striated Grassbird
  • Red-rumped Swallow
  • Pacific Swallow
  • Barn Swallow
  • Ruby-throated Bulbul
  • Sooty-headed Bulbul
  • Orange-spotted Bulbul
  • Yellow-vented Bulbul
  • Cream-vented Bulbul
  • Arctic Warbler
  • Aberrant Bush-warbler
  • Javan Grey-throated White-eye
  • Mountain White-eye
  • Sangkar White-eye
  • Crescent-chested Babbler
  • Rufous-browed Babbler
  • Horsfield’s Babbler
  • Javan Myna
  • Short-tailed Starling
  • Asian Brown Flycatcher
  • Mugimaki Flycatcher
  • Javan / Hill Blue-flycatcher
  • Javan Leafbird
  • Scarlet-headed Flowerpecker
  • Blood-breasted Flowerpecker
  • Orange-bellied Flowerpecker
  • Little Spiderhunter
  • Brown-throated Sunbird
  • Olive-backed Sunbird
  • Javan Sunbird
  • Javan Munia
  • Scaly-breasted Munia
  • Eurasian Tree Sparrow

Other wildlife:

  • Banteng
  • Timor Deer
  • Long-tailed Macaque
  • Javan Leaf Monkey